Kadang cara berfikir kita terlalu “berputar” dan “njelimet” dalam menghadapi suatu hal. Efeknya, hal sepele menjadi terkesan susah dan bahkan menjadi bener-bener susah hingga tidak bisa kita pecahkan. Hari ini, saya menemukan sesuatu yang kecil dan sepele tapi membuat saya yakin bahwa berfikir “sederhana” memang lebih nyaman untuk menghadapi segala sesuatu. Kebetulan di lembaran-lembaran yang sedang saya baca ada sebuah pertanyaan tentang biokimia sel yang bikin saya senyum-senyum sendiri. Simpel saja pertanyannya : berapa jumlah ion hidrogen [H+] di dalam sel ? hanya itu saja. “Clue”-nya ? nothing ! just think and answer !. Senyum saya awalnya karena mikir pertanyaan ini cuma guyonan saja karena susah menjawabnya (setidaknya bagi saya). Tapi begitu ngobrol kiri kanan (yang meskipun sama-sama pada “senyum-senyum”), akhirnya satu celotehan dari seorang rekan membuat saya inget cara berfikir “simple” itu. Jangan berfikir rumit untuk menjawab pertanyaan itu, berfikirlah sederhana tentang konsep jumlah suatu molekul sesuai yang kita pelajari di kimia SMU. Think as high school’s student, then you will find the answer ! Saya dan teman yang lain cuma melongo sambil mikir..”Masa iya sih ?”…
Okelah, ayo kembali ke masa-masa indah di SMU dulu menghadapi soal “aneh” di atas. Mari kita mulai menyusun logika pelan-pelan untuk menjawabnya. Pertama, jika kita ingat bahwa pH dalam sel selalu tetap dalam kondisi netral, alias sekitar pH 7, maka dengan mudah kita bisa perkirakan molaritas ion hidrogen dengan cara kimia SMU :
– log [H+] = 7
[H+] = 10^-7 M (note : tanda “^” menunjukan “pangkat”)
Selesai ? belum ! yang ditanya itu ada berapa molekul, alias ada berapa “biji” ion hidrogen dalam sel itu. Nah, untuk menentukan jumlah molekul-nya, kita bisa estimasi jika kita tahu jumlah mol ion ini dalam sel. Dengan modal data molaritas di atas, maka dengan mudah kita lakukan konversi ke molaritas (lagi-lagi) sesuai yang diajarkan saat SMU, dimana Molaritas diperoleh dengan cara membagi mol suatu zat dengan volume (liter) medium. Berarti informasi volume sel perlu kita ketahui karena disitulah ion hidrogen berada. Bagaimana caranya ? Eiits..jangan buka “Prof. Google”, kita cari cara sederhana yang tidak ‘njlimet. Bayangkan sel itu berbentuk bak silindris atau tabung super kecil. Diameternya sekitar 1 mikro meter, sementara panjangnya sekitar 2 mikro meter. Dengan size demikian dan bentuknya yang seperti silinder, kita bisa estimasi volumenya dengan menggunakan rumus matematika (lagi-lagi) anak SMU, yakni :
V = luas alas x tinggi
V = (3.14 x jari-jari lingkaran alas^2) x tinggi
V = (3.14 x 0.5^2) x 2
V = 1.57 um3 ~ 1.57 x 10^-15 lt.
Dan kembali ke data pH, dimana konsentrasi ion hidrogen adalah 10^-7 M, berarti mol ion hydrogen dari perkalian antara molaritas dengan volume yang tadi kita hitung bersama. Hasilnya adalah, 1.57 x 10^-22 mol. Sampai disini, langkah menuju jumlah molekul ion hidrogen tinggal setahap lagi.
Langkah terakhir harus mencontek ke buku SMU tentang tetapan Avogadro yang menyatakan bahwa dalam satu mol terkandung 6.02 x 10^23 molekul. Artinya, jika dalam sel ion hidrogen ada sebanyak 1.57 x 10^-22 mol, maka dengan mengalikan bilangan tersebut dengan tetapan Avogadro, akan mudah diperoleh jumlah molekul ion hidrogen. Dan hasil hitungan, menunjukkan bahwa jumlah ion hidrogen dalam sebuah sel di dalamnya adalah 94 biji !!
Then, mission is accomplished !
Hanya informasi jumlah ion hidrogen sajakah yang didapat ? tunggu dulu !
Saya berfikir “lain” dari cara mencari tahu “berapa biji ion hidrogen dalam sel”. Saya mendapat value dari cara ini, yakni susah atau mudahnya suatu hal dimulai dari “sugesti” dari diri kita sendiri. Bukan dimaksudkan untuk meremehkan segala sesuatu tapi lebih sekedar membangun kepercayaan diri bahwa setiap hal selalu ada solusi. Itulah sunatullah-nya. Dalam konsepsi agama Islam yang saya yakini, Allah menjamin bahwa setiap kemudahan akan selalu berada dibalik kesulitan yang kita hadapi. Dan konsepsi teologi itu pula yang membuat yakin bahwa apapun masalah, pasti masih ada dalam jangkauan kemampuan kita. Dan, berfikir sederhana adalah salah satu fenotipik dari keyakinan-keyakinan terhadap konsepsi-konsepsi teologi tersebut dalam menghadapi suatu masalah. Begitulah kira-kira “wangsit” yang saya temui hari ini. Mohon maaf jika kurang berkenan.
Selamat menunaikan ibadah shaum Ramadhan, semoga ini adalah Ramadhan terakhir tanpa Khilafah..
Mohon maaf lahir dan bathin..
Leave a comment